Majelis Ulama Indonesia (MUI) turut menyikapi paham Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang mulai masuk ke Negara Indonesia.Ketua Komisi Dakwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat Cholil Nafis menilai perjuangan model Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) yang memaksakan kehendak dan intoleran serta menggunakan kekerasan tidak sesuai dengan ajaran Islam.Beliau juga menilai, paham ISIS bertentangan dengan NKRI yang berasas Pancasila."Mendirikan khilafa dengan cara kekerasan, membunuh dan merampok hak rakyat itu tidak dibenarkan dalam ajaran Islam, kata Cholil kepada Wartawan setelah memberikan materi dalam seminar nasional di Kampus Universitas Muslim Indonesia (UMI).
Menurut Cholil, bentuk organisasi yang menyebarkan agama islam secara kekerasan itu tidak sesuai dengan hukum Islam. Sebab orang masuk islam bukan secara paksaan dan bukan masuk karena ketakutan.Penolakan terhadap Negara Islam Irak dan Syam (ISIS) terus berlanjut. "Khalifah Teror" ISIS yang dideklarasikan pada 29 Juni lalu dibawah pimpinan Abu Bakr al-Baghdadi itu dinilai tidak seusai dengan uswah dan qudwah atau ketauladanan Rasulullah SAW yaitu sebuah prinsip Islam yang Karena itu, Ulama Muda Kyai Maman Imanulhaq yang juga Anggota DPR RI Terpilih 2014-2019 menyerukan umat Islam untuk tetap teguh memegang uswah dan qudwah atau ketauladanan Rasulullah SAW yaitu sebuah prinsip Islam yang damai, toleransi dan transformatif.
Ajaran ISIS Diperkirakan Sudah Lama Masuk Indonesia. Pemerintah Indonesia harus melibatkan ormas - ormas Islam untuk menanggulangi penyebaran paham dan ajaran ISIS di Indonesia, demikian dikatakan peneliti dari Pusat Studi Islam dan Transformasi Sosial Muhammad Wildan, Minggu (22/03/2015)."Pemerintah harus melibatkan ormas Islam untuk menanggulangi penyebaran paham dan ajaran ISIS, karena kalau pemerintah kan fokusnya pada keamanan, kalau ormas mereka paham juga soal penyimpangan agama dan gerakan radikalnya, jadi akan lebih maksimal," katanya.
Dosen Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta itu mengatakan pelibatan ormas - ormas Islam, seperti Muhammadiyah dan NU sangat diperlukan, sebab mereka paham betul soal penyimpangan dan ajaran radikal yang dianut oleh kelompok ISIS. Wildan menambahkan selain menggandeng ormas Islam, pemerintah juga harus lebih pro aktif sosialisasi ke kampus-kampus."Pemerintah saat ini harus lebih pro aktif ke kampus - kampus dan menjalin kerja sama dengan kampus - kampus, BNPT (Badan Nasional Penanggulangan Terorisme) serta lembaga lain yang dimiliki pemerintah untuk menanggulangi kelompok radikal saat ini masih cenderung sporadis, masih kurang pencegahan dan risetnya," kata Wildan. Wildan juga mengatakan untuk mengatasi penyebaran ISIS, pemerintah harus gerak cepat, hal tersebut dikarenakan saat ini target kelompok ISIS menyasar pada mahasiswa, siswa SMA serta anak muda yang secara kejiwaan masih tergolong labil. Selain itu, kata dia, saat ini pemerintah seharusnya mulai merazia juga buku - buku, terutama karangan Aman yang di dalamnya berisi ajaran - ajaran radikal dan menyimpang dari ajaran pokok Islam.Tak hanya itu, menurut Wildan, pemerintah seharusnya juga mengawasi mahasiswa atau pelajar di luar negeri, terutama di Pakistan, Mesir, dan negara yang berdekatan Suriah.Saat ini, katanya, diperkirakan tak sedikit mahasiswa serta pelajar di daerah tersebut yang terkontaminasi ajaran ISIS. Wildan memperkirakan ajaran ISIS sudah lama masuk Indonesia, bahkan sebelum ISIS mendeklarasikan diri. "Ajaran radikal dan dengan mudahnya mengkafirkan orang ini mirip dengan sebagian kecil paham kelompok radikal di Indonesia," katanya. (Wita Ayodhyaputri).
Tidak hanya di Indonesia ISIS ternyata telah menyebar di Negara Asia lainnya contohnya di Negara Jepang. Pada tanggal 20 Januari 2015 ISIS mengancam untuk membunuh warga Jepang.Kelompok milisi Negara Islam atau ISIS telah mempublikasikan sebuah video berisi ancaman terhadap dua orang sandera berkewarganegaraan Jepang.
Dalam video tersebut, seorang anggota milisi mengkritik pemerintah Jepang karena meminta bantuan dari negara lain untuk melawan ISIS. Ia mengancam akan membunuh kedua sandera kecuali Jepang membayar uang tebusan sebesar US$200 juta. Meskipun demikian, keaslian video itu belum bisa diverifikasi.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan mereka mengetahui adanya video itu, tetapi menolak untuk berkomentar lebih lanjut.Sandera menjadi alat propaganda kunci bagi ISIS. Kelompok milisi itu telah menguasai sebagian besar wilayah di Suriah timur dan utara serta barat Irak.Taktik-taktik mereka meliputi pembantaian massal dan pemenggalan tentara serta wartawan, telah memicu kemarahan internasional dan intervensi militer oleh koalisi pimpinan AS.
News.com
Jurnalis Kenji Goto dan kontraktor Haruna Yukawa disandera kelompok ISIS.
Akhirnya pada hari Minggu, 25 Januari 2015, ISIS mengeksekusi 2 warga Jepang yang telah disanderanya. Pemerintah Jepang tidak dapat bicara. Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengatakan ia kehabisan kata-kata melihat video yang menampilkan salah satu dari dua sandera Jepang, Haruna Yukawa yang dipenggal oleh kelompok Negara Islam Irak dan Surya (ISIS).
Abe muncul di siaran publik NHK Jepang pagi ini, Ahad (25/1). Dia menuntut para militan melepaskan sandera lainnya, yaitu seorang wartawan, Kenji Goto (47). Menurut dia, video yang dirilis ISIS itu asli. Meski begitu, pemerintah Jepang masih mengkajinya. Abe mengucapkan belasungkawa kepada keluarga dan teman-teman dari Haruna Yukawa. Abe menolak untuk mengomentari pesan para ekstrimis dalam video yang menuntut pertukaran tawanan untuk Goto. Dia mengatakan, pemerintah masih bekerja seperti biasa dan menegaskan bahwa Jepang mengutuk terorisme. "Saya tidak bisa berkata-kata," katanya dikutip Western Morning News. "Kami benar-benar mengkritik tindakan seperti itu."Ayah Yukawa, Shoichi mengatakan jauh di dalam hatinya berharap bahwa berita pembunuhan anaknya itu tidak benar. "Jika saya bersatu kembali dengan dia, saya hanya ingin memberinya pelukan," katanya.
Sebelumnya, ISIS mengunggah sebuah video yang menunjukkan aksi penyanderaan terhadap dua warga negara Jepang pada Selasa (20/1). Melalui video tersebut, ISIS meminta uang tebusan sebesar 200 juta dolar atau sekitar Rp 2,5 triliun. Mereka memberi waktu 72 jam untuk transaksi tersebut. Video itu menunjukan bahwa penyanderaan warga Jepang adalah aksi balas dendam mereka terhadap presiden Jepang. "Anda dengan bangga menyumbangkan 100 juta dolar untuk membunuh perempuan dan anak-anak kami, menghancurkan rumah-rumah kaum Muslimin," kata seseorang dalam video dengan logat Inggris sambil mengacungkan sebilah pisau.
Pada hari itu juga AS dan Jepang 'kutuk' pembunuhan warga Jepang oleh ISIS.Warga Jepang di Tokyo sedang melintas di sejumlah layar kaca yang tengah memberitakan persoalan sandera Jepang oleh ISIS. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama mengutuk “pembunuhan brutal” seorang warga negara, Jepang Haruna Yukawa oleh kelompok militan yang menyebut Negara Islam atau dulu disebut ISIS. Obama juga menyatakan, dirinya berjanji bahwa AS dan sekutunya akan menghukum pelaku pembunuhan tersebut. “Kami memperbaharui seruan kami untuk pembebasan para sandera,” kata Obama dalam pernyataannya, Sabtu (24/1/15).
Pernyataan Obama itu disampaikan Sabtu (24/1) setelah sebuah video menggambarkan seorang sandera Jepang, Kenji Goto yang berprofesi sebagai jurnalis, mengangkat foto sandera Haruna Yukawa yang sepertinya telah dipenggal. Jepang mengutuk ISIS.
Sementara, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengutuk pembunuhan itu sebagai "keterlaluan dan tidak dapat diterima".Otoritas Jepang mengatakan, saat ini mereka sedang menyelidiki keaslian video tersebut.
Perdana Menteri Jepang, Shinzo Abe mengutuk pembunuhan warganya oleh ISIS yang disebutnya "keterlaluan dan tidak dapat diterima."
Sebelumnya, ISIS mengancam akan membunuh Goto dan Haruna Yukawa, kecuali jika Jepang membayar sebesar $US200 juta dolar.Ibu dari salah seorang warga negara Jepang yang disandera sempat meminta agar putranya, Kenji Goto, dibebaskan, tetapi permintaan itu belum dikabulkan. Jumat kemarin, Jepang mengatakan bahwa pemerintah masih terus berusaha membebaskan kedua sandera itu, meskipun waktu penyandaraan sudah berlalu.
sumber :
http://www.tribunnews.com/nasional/2014/08/06/kyai-maman-ISIS-tidak-sesuai-dengan-ajaran-rasulullah
http://news.metrotvnews.com/read/2014/08/11/276115/ajaran-ISIS-bukan-berasal-dari-rahim-islam
http://www.suara.com/news/2015/03/22/182906/ajaran-ISIS-diperkirakan-sudah-lama-masuk-indonesia
http://makassar.tribunnews.com/2015/03/24/mui-paham-ISIS-bertentangan-ajaran-islam
http://¬www.bbc.co.uk/¬indonesia/dunia/2015/¬01/¬150120_ISIS_jepang_an¬cam
0 comments:
Post a Comment